logo Kompas.id
›
Opini›Nalar Politik Pancaran Budi
Iklan

Analisis Politik

Nalar Politik Pancaran Budi

Publik berharap elite politik mengasah budi agar nalarnya kian peka terhadap nasib rakyat.

Oleh
J Kristiadi
· 1 menit baca
https://assetd.kompas.id/h0cSt7zxGcsAWGV3-B-f70hdBC8=/1024x1436/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2F55774799_1560358324.jpg
KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)

J Kristiadi

Menapak beberapa minggu setelah merayakan Tahun Baru 2022 yang penuh harapan, publik mulai mengantisipasi tantangan berat yang dihadapi bangsa Indonesia ke depan. Ancaman di depan mata adalah matinya akal sehat ditindih kuasa mazhab pascakebenaran dan populisme. Kedua paham tersebut toksin mematikan nalar karena kolaborasi keduanya memproduksi beragam kebohongan, mulai dari yang sederhana sampai dusta yang dikemas sangat canggih, sehingga korban tidak tahu narasi atau video yang dinikmatinya adalah hoaks.

Persekutuan dua aliran tersebut mengakibatkan kewarasan publik tersesat dan menjadi tanpa arah. Bahkan, konten kebohongan bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) terbukti memberikan legitimasi sosial gerakan intoleran. Pada gilirannya masyarakat sipil lemah serta kehilangan muruah.

Editor:
Antony Lee
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Nalar Politik Pancaran Budi".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Memuat data...
Memuat data...