logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊPolitik Dinasti dan Masa Depan...
Iklan

Politik Dinasti dan Masa Depan Pilkada Langsung

Munculnya dinasti dalam pilkada hanya merupakan ujung dari sebuah rangkaian panjang proses politik yang sudah rusak sejak awal. Oleh karena itu perbaikan yang mendesak harus dilakukan di hulu proses pilkada.

Oleh
YOES C. KENAWAS
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Z2d_dfy-rP9rI_fBDZCyfvBE5GA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2F20201210131809_IMG_4753_1607603213.jpg
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Petahana Akhyar Nasution dan Salman Alfarisi mengadakan konferensi pers di posko pemenangan, di Medan, Sumatera Utara, Kamis (10/12/2020). Akhyar mengakui kekalahannya, tetapi menyebut ada kekuatan tangan tak terlihat pada Pilkada Kota Medan.

Hasil penghitungan perolehan suara sementara pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahun 2020 menunjukkan hasil yang kontradiktif terkait fenomena politik dinasti pada tingkat subnasional di Indonesia.

Beberapa elite politik memang berhasil membentuk dinasti politik baru melalui kemenangan kerabat mereka dalam pilkada yang diselenggarakan di tengah pandemi Covid -19. Sebut saja anak dan menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution, yang ada di urutan pertama perolehan suara pilkada di Solo dan Medan.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan