logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊTiada Habis Nestapa Petani...
Iklan

Tiada Habis Nestapa Petani Didera Impor

Hidup menjadi petani di negeri agraris tidak sepenuhnya terjamin. Pontang-panting berubah profesi dilakukan tapi nasibnya tetap saja muram.

Oleh
Abdullah Fikri Ashri
Β· 1 menit baca

Kebijakan impor gula, beras, dan garam dirasakan bak hantaman bertubi-tubi bagi petani. Pelaku utama produksi pangan dalam negeri ini hanya bisa pasrah dan mencoba bertahan.

https://cdn-assetd.kompas.id/8eiElQNxCaOtg54QtJFkqncbegc=/1024x655/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F05%2F2019%2F05%2Fdc%2F1b0%2F20190510_155845jpg%2F20190510_155845SILO.jpg
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Suasana sekitar Pabrik Gula Sindanglaut, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (10/5/2019). Masa giling tebu akan dimulai pada 20 Juni mendatang. Namun, petani cemas, tempat giling akan berpindah ke pabrik lain sehingga menambah ongkos angkut.

Jumat (9/4/2021) pagi, Pabrik Gula Sindanglaut, Cirebon, Jawa Barat, lengang. Tak ada truk hilir mudik. Hanya beberapa orang keluar dari pabrik dan menyapa Mamat (59) yang berdiri di depan pabrik. Dia tengah bernostalgia dengan kenangan manisnya saat masa jaya dulu. Kondisinya kontras dengan keadaan muram industri gula kini.

Editor:
Cornelius Helmy Herlambang
Bagikan