logo Kompas.id
β€Ί
Metropolitanβ€ΊKisah Tangerang Selatan, Kota ...
Iklan

Kisah Tangerang Selatan, Kota yang Lekat dengan Kualitas Udara Buruk

Kota Tangsel mempertahankan posisi teratas kota dengan kualitas udara buruk. Tiadanya data kualitas udara yang rutin dipublikasikan membuat warga tidak sadar bahaya yang mengintai.

Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/TJYDtFfBSqxV2dRFeZ38Y0C7BnA=/1024x575/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2F08526da8-fbdf-4267-8a9b-4bbe94a9722f_jpg.jpg
Kompas/Hendra A Setyawan

Foto udara timbulan sampah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang longsor dan menimbun sekitar dua pertiga badan Sungai Cisadane di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (27/5/2020).

Kualitas udara di Kota Tangerang Selatan dalam sepekan terakhir buruk atau masuk kategori tidak sehat. Kondisi itu diperparah dengan tidak dipublikasikannya data kualitas udara secara rutin. Data perlu diperbarui secara rutin agar masyarakat bisa mengetahui kualitas udara yang mereka hirup setiap harinya.

Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menempati posisi teratas kota dengan kualitas udara terburuk versi IQAir, perusahaan asal Swiss yang bergerak di bidang teknologi pengurangan pencemaran udara. Di bawah Tangsel ada Kota Medan, Bekasi, dan Semarang. Posisi kota-kota di peringkat dua ke bawah berubah-ubah. Namun Tangsel tetap di puncak selama sepekan terakhir. IQAir memperbarui data kualitas udara di laman resminya setiap jam.

Editor:
nelitriana
Bagikan