logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊPentingnya Wawasan Agraria...
Iklan

Pentingnya Wawasan Agraria bagi Masyarakat Adat

Masyarakat adat di Sumba Timur merasa menjadi buruh di tanah mereka sendiri sejak kehadiran investor.

Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
Β· 1 menit baca
Kawanan kuda ternak milik warga tengah mencari makan di padang sabana di Kampung Patanning, Desa Rindi, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (9/1/2024).
KOMPAS/STEPHANUS ARANDITIO

Kawanan kuda ternak milik warga tengah mencari makan di padang sabana di Kampung Patanning, Desa Rindi, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (9/1/2024).

WAINGAPU, KOMPAS β€” Masyarakat adat suku Sumba di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, berjuang dengan berbagai cara mempertahankan wilayah adatnya dari ekspansi perkebunan tebu yang ternyata mengancam lingkungan hidup mereka. Pola hidup mereka akan banyak berubah jika alih fungsi lahan terus meluas dan tidak ada edukasi lingkungan kepada masyarakat.

Tokoh pemuda Desa Patawang, Kecamatan Umalulu, Umbu Ndeha (35), mengatakan, awalnya beberapa masyarakat memang menerima kehadiran perusahaan gula tersebut pada 2014 dengan anggapan bahwa status tanah masih menjadi milik komunitas adat. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka merasa keberadaannya justru berupaya menguasai penuh seluruh tanah di enam desa di Kabupaten Sumba Timur dengan terbitnya hak guna usaha (HGU).

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan