Lima Menit Biola di Kelas Matematika
Cukup satu lagu, tak lebih. Sambil menggesek biola kusinggahi satu demi satu wajah para siswa dengan tatapan mata menyapa. Tanpa kukehendaki, hatiku jatuh pada seorang siswi paling pendiam di kelas.
Kadang-kadang, untuk mengobati kejenuhan kelas di tengah jam pelajaran, sejenak kukeluarkan dan kumainkan biola. Kugesek tak lebih dari lima menit untuk para siswaku. Ketika pertama kali aku beraksi, mereka terheran-heran, mau apa guru baru ini? Ia bukan guru musik, apa mau bikin onar di kelas? Tampak pada wajah para remaja itu seakan-akan mereka kasak-kusuk demikian. Kumainkan lagu kanak-kanak yang tenang, Layang-layang. Mereka menyimak permainanku dan lambat-laun ketegangan pada wajah mereka tampak mengendur. Pelajaran geometri dilanjutkan.
Tak lebih dari lima menit. Biola kusimpan kembali dan berkata, βOke, kita lanjut belajar.β Ada yang tersenyum lega, sebagian setengah berteriak minta satu lagu lagi, ada yang bertepuk tangan. Setelah itu kelas hening kembali. Hanya suaraku yang terdengar atau siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaanku.