Menyelami Senandung Perjuangan
Lakon ini bukan tentang biografi Ismail Marzuki. Akan tetapi, tentang ingatan, kenangan, nostalgia, dan perjuangan hidup sebagaimana yang terangkum dalam lagu-lagu Ismail Marzuki.
Lukman Sardi terbatuk-batuk seperti menahan sakit yang demikian dalam di dadanya. Dia duduk di tepi ranjang sambil memegangi dadanya dan mengisahkan bahwa paru-parunya terinfeksi. Dia kemudian merebahkan diri dan tak bergerak sama sekali.
Itu adegan penutup yang mengisahkan wafatnya komposer Ismail Marzuki saat wafat di rumahnya di kawasan tanah Abang. Lukman Sardi memerankan Ismail Marzuki dengnan amat menawan dalam pentas monolog bertajuk ”Ismail Marzuki: Senandung di Ujung Revolusi” yang menjadi salah saru episode dalam seri Di Tepi Sejarah yang memasuki musim kedua. Lakon itu dipentaskan di Tetaer Kecil Taman Ismail Marzuki pada 29-30 Juni dan dapat dinikmati secara digital lewat kanal Youtub ”Budaya Saya” yang dikelola Kemendikbudristek serta saluran televisi Indonesiana TV pada Agustus nanti. Pesta ini tergelar berkat kerja sama Titimangsa, Kawankawan Media, dan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbudristek.