logo Kompas.id
EkonomiMengapa ”Direct to Cell”...
Iklan

Mengapa ”Direct to Cell” Starlink Memicu Keresahan Operator?

Inovasi satelit orbit rendah milik miliader Elon Musk, yaitu Starlink, tak henti membuat geger operator telekomunikasi.

Oleh
MEDIANA
· 1 menit baca
Tony Blair Institute bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia menyediakan perangkat Starlink Flat High Performance di Ibu Kota Nusantara (IKN). Jumat (17/5/2024), peralatan itu tiba dan sedang dipasang di sejumlah fasilitas di IKN.
DOKUMENTASI TONY BLAIR INSTITUTE

Tony Blair Institute bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia menyediakan perangkat Starlink Flat High Performance di Ibu Kota Nusantara (IKN). Jumat (17/5/2024), peralatan itu tiba dan sedang dipasang di sejumlah fasilitas di IKN.

Belum selesai geger tudingan mendapat karpet merah dari pemerintah, sehingga dalam waktu singkat bisa menjual layanan telekomunikasi berbasis satelit ke segmen ritel mulai April 2024, Starlink milik miliarder Elon Musk kembali membuat gempar pelaku industri telekomunikasi seluler lokal. Kali ini dengan isu bisa menggantikan fungsi menara pemancar, yang selama ini menjadi ujung tombak keberhasilan bisnis seluler.

Kegemparan itu bermula dari pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang mengesankan menara pemancar tidak lagi dibutuhkan karena inovasi Starlink sudah sampai tahap direct to cell (terhubung langsung ke ponsel).

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan