Ekspor-Impor
Surplus Dagang dan ”Goyang” Rupiah
RI mengalami surplus neraca perdagangan beruntun selama empat tahun terakhir, tetapi devisa hasil ekspor masih seret.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F04%2F25%2Fc4a9812f-4e77-469c-86e1-b8a805cb6e9c_jpg.jpg)
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Selama empat tahun terakhir, Mei 2020-April 2024, neraca perdagangan migas dan nonmigas Indonesia mencatatkan surplus beruntun. Surplus itu mampu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, surplus dagang itu belum optimal membantu meredam ”goyang” rupiah.
Pada 15 Mei 2024, Badan Pusat Statistik merilis, surplus neraca perdagangan Indonesia selama empat tahun terakhir senilai 157,15 miliar dollar AS. Surplus tersebut terjadi secara 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Kenaikan harga sejumlah komoditas ekspor, seperti minyak sawit, batubara, nikel, serta besi dan baja, menjadi penopang utama.