logo Kompas.id
EkonomiSewindu Program Sejuta Rumah
Iklan

Sewindu Program Sejuta Rumah

Pengembang rumah bersubsidi yang didominasi pengembang kecil dan menengah tidak seluruhnya mampu bertahan dalam situasi sulit. Ketiadaan bank tanah juga menyebabkan pengentasan kekurangan rumah tidak optimal.

Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
· 1 menit baca
Pekerja menyelesaikan pembangunan perumahan bersubsidi di kawasan Bunibakti, Bekasi, Jawa Barat, seperti yang terlihat di kawasan Kedung Pengawas, Senin (9/1/2023). Pemerintah melalui Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) menargetkan menyalurkan 220.000 rumah subsidi kredit pemilikan rumah (KPR) fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) bagi masyarakat berpenghasilan rendah di tahun 2023.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja menyelesaikan pembangunan perumahan bersubsidi di kawasan Bunibakti, Bekasi, Jawa Barat, seperti yang terlihat di kawasan Kedung Pengawas, Senin (9/1/2023). Pemerintah melalui Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) menargetkan menyalurkan 220.000 rumah subsidi kredit pemilikan rumah (KPR) fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) bagi masyarakat berpenghasilan rendah di tahun 2023.

Pelaksanaan Program Sejuta Rumah memasuki masa sewindu. Tantangan perumahan rakyat hadir silih berganti. Kebutuhan rumah yang terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan keluarga baru dihadapkan pada pasokan rumah yang masih terbatas hingga masalah keterjangkauan.

Dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik, hingga tahun 2021, terdapat 12,7 juta rumah tangga di Indonesia belum memiliki rumah. Setiap tahun ada penambahan kebutuhan rumah 600.000-700.000 unit seiring bertambahnya keluarga baru.

Editor:
NUR HIDAYATI
Bagikan