logo Kompas.id
Ekonomi”Carpe Diem” Perdagangan
Iklan

”Carpe Diem” Perdagangan

Beragam tantangan menghadang perdagangan, mulai dari pandemi Covid-19, tren perdagangan hijau, transisi energi, perang dagang, hingga kenaikan biaya pengapalan dan kelangkaan kontainer. Pekerjaan rumah RI makin menumpuk.

Oleh
Hendriyo Widi
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/2cu-It5sOf7Zwfh0io_JbrrwzI8=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2Fad12fa3f-f491-4db9-b386-fc0c2e4650d6_jpg.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (23/9/2021). Siklus super (supercycle) komoditas diperkirakan berakhir September 2022. Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia diperkirakan terjaga baik karena ekspor produk-produk bernilai tambah tinggi dari hasil investasi akan meningkat. Badan Pusat Statistik mencatat, ekspor nonmigas Indonesia pada Januari-Agustus 2021 sebesar 134,132 miliar dollar AS, tumbuh 37,03 persen secara tahunan.

Carpe diem. Petiklah hari. Begitu aforisme penggalan sajak Quintus Horatius Flaccus atau Horace (65 SM-8 SM), penyair era Kekaisaran Romawi, yang menginspirasi banyak orang untuk menggunakan kesempatan hari ini karena tidak tahu apakah masih punya kesempatan besok.

Kendati banyak menuai kritik lantaran dinilai mengabaikan masa depan, aforisme atau pernyataan sikap hidup ini sebenarnya menjadi pijakan untuk melihat tantangan dan peluang, serta merencanakan masa depan sejak sekarang. Carpe diem menjadi pegangan banyak orang di tengah ketidakpastian hidup.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan