Indonesia punya potensi besar untuk meningkatkan keterlibatan di rantai pasok perdagangan hijau global.

Dengan adanya sistem ketertelusuran yang dapat dipertanggungjawabkan serta sertifikat kelestarian yang diakui pasar global, nilai keekonomian produk pertanian Indonesia akan meningkat.

Pelaku industri akan mengajukan keberatan karena Regulasi Deforestasi Uni Eropa dinilai sulit diterapkan negara berkembang. Harapannya, keberatan tersebut sampai ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Meski perdagangan barang secara umum masih tumbuh lambat, perdagangan barang ramah lingkungan justru tumbuh cukup signifikan. Ini menunjukkan transisi industri ke arah ramah lingkungan berjalan dengan baik.

Dunia semakin mengarah ke perdagangan produk hijau. Demi menyelamatkan pasar ekspor dan keberlangsungan usaha, pelaku industri nasional mau tak mau berupaya mencipta komoditas ramah lingkungan.

Dampak positif penghapusan tarif dan pengurangan tindakan non-tarif pada produk penopang energi terbarukan dan produk hijau dapat meningkatkan ekspor global produk itu masing-masing sebesar 5 persen dan 14 persen.

Beragam tantangan menghadang perdagangan, mulai dari pandemi Covid-19, tren perdagangan hijau, transisi energi, perang dagang, hingga kenaikan biaya pengapalan dan kelangkaan kontainer. Pekerjaan rumah RI makin menumpuk.