Petani Garam Kian Terpuruk
Kebijakan meningkatkan impor garam tahun ini merupakan paradoks di tengah stok garam yang menumpuk di sejumlah sentra produksi garam dan anjloknya harga garam petani.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2F6b4b58ef-14b6-4e62-9489-44d0f74399c3_jpg.jpg)
Petani memindahkan garam yang baru dipanen di sentra produksi garam di Kecamatan Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (14/9/2020). Pemerintah berencana mengimpor 3,07 juta ton garam tahun ini.
JAKARTA, KOMPAS — Stok melimpah akibat belum diserap pasar hingga anjloknya harga membuat petani atau petambak di sejumlah daerah mengurungkan niat memproduksi garam pada musim ini. Nasib petani kian rentan terpuruk akibat kebijakan impor garam yang ditempuh pemerintah.
Di Jawa Timur, stok garam saat ini mencapai 2,9 juta ton. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jatim mencatat, garam kualitas produksi (KP) 1 mendominasi dengan jumlah sekitar 2,7 juta ton atau 94 persen, disusul garam KP 2 sebesar 152.265 ton (5,2 persen) dan KP 3 sebanyak 15.511 ton (0,5 persen).
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 11 dengan judul "Petani Garam Kian Terpuruk".
Baca Epaper Kompas