logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊGaram Rakyat di Nusa Tenggara ...
Iklan

Garam Rakyat di Nusa Tenggara Timur Menumpuk, Pemerintah Diminta Tidak Impor

Saat ini, stok garam rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur menumpuk di gudang karena rendahnya daya serap pasar. Dalam kondisi itu, pemerintah justru meningkatkan jumlah impor garam hingga 3,07 juta ton tahun ini.

Oleh
ISMAIL ZAKARIA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/k71u8uMIRJBvip6NdB78GLi3ivQ=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2F55aad8a3-4343-4dc0-be61-dbd3ad24cd25_jpg.jpg
Kompas/Agus Susanto

Petani garam, Nur Haini, menjaga perapian untuk membuat garam halus di Desa Nangahale, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (1/8/2017). Dalam sehari, ia bisa memasak tiga karung garam kasar untuk dijadikan garam halus. Kini, mendapatkan satu karung pun ia sudah bersyukur.

KUPANG, KOMPAS β€” Rencana pemerintah meningkatkan impor garam industri hingga 3,07 juta ton tahun ini dikhawatirkan semakin menyulitkan produksi garam petambak rakyat. Pemerintah diharapkan bisa menghentikan atau setidaknya menunda rencana itu, lantas fokus kepada penyerapan garam rakyat yang saat ini menumpuk karena tidak terserap pasar.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sabu Raijua Nusa Tenggara Timur Lagabus Pian saat dihubungi dari Mataram, Senin (15/3/2021), mengatakan, saat ini, stok garam di Sabu menumpuk di gudang. Hingga akhir 2020, kata Lagabus, jumlahnya mencapai 20.716 ton.

Editor:
agnespandia
Bagikan