logo Kompas.id
โ€บ
Ekonomiโ€บMenanti Nyala Lampu Lyn...
Iklan

Menanti Nyala Lampu Lyn Surabaya Kembali

Angkutan kota atau lyn pernah menjadi primadona warga Surabaya, Jawa Timur. Tersisa 1.200 unit dari 5.000 unit yang beroperasi, tetapi masih ada penumpang menandakan secercah harapan masa depan moda transportasi ini.

Oleh
AMBROSIUS HARTO/ AGNES SWETTA PANDIA
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/7R9y0ECW1wmiKpAWdix7cSFhP1Q=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F20201007bro-lyn2_1602052407.jpg
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Suasana demontrasi sopir angkutan kota atau lyn di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (31/10/2017). Ketika itu, komunitas sopir lyn unjuk rasa menentang keberadaan angkutan berbasis aplikasi internet (online). Layanan lyn Surabaya pernah jaya dengan keberadaan hampir 5.000 unit tetapi saat ini merosot tersisa 1.200 unit yang beroperasi.

Sebelum tahun 2000, warga Kota Surabaya masih sangat minim yang menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi. Pelajar, karyawan bahkan semua yang ingin bepergian dalam kota biasa naik bemo atau lyn alias angkutan kota.  Di dalam kota, di antara berbagai moda yang tersedia, mobil penumpang umum yang lebih dikenal dengan sebutan lyn atau bemo menjadi primadona.

Lyn, tetap menjadi andalan meski untuk sampai di tujuan, penumpang mesti ganti  atau istilah arek suroboyo over dua bahkan tiga kali lyn. Seperti yang dialami  Nofilawati Anisa (46) karyawan tinggal di Medayu Utara, setiap hari ganti lyn paling tidak dua kali. Di berangkat dari rumahnya untuk ke kantor di kawasan Jembatan Merah.

Editor:
agnespandia
Bagikan