KEBUDAYAAN
Toleransi pada Masyarakat Sumsel Telah Mengakar sejak Dulu
Toleransi sudah mengakar pada warga Palembang sejak dulu ketika Kedatuan Sriwijaya berdiri. Sikap itu dipelihara hingga kini sehingga konflik berbau SARA jarang terjadi di Palembang.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2F20201011ED25_1599806487.jpg)
Jembatan Ampera, ikon kota Palembang, melintang di atas Sungai Musi mengubungkan wilayah Seberang Ulu dan Seberang Ilir, Rabu (26/08/2020). Kini jembatan megah itu berdampingan dengan Jembatan Lintas Rel Terpadu di Kota Palembang.
PALEMBANG, KOMPAS — Toleransi telah menjadi akar kehidupan warga Palembang sejak dulu, sejak Kedatuan Sriwijaya berdiri. Sikap itu terbawa hingga kini pada masyarakat Palembang yang telah terbiasa dengan keragaman. Oleh karena itu, di Sumatera Selatan jarang terjadi konflik yang berbau SARA.
Hal ini mengemuka saat Koordinator Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sriwijaya Syarifuddin menjadi pembicara di kelas daring Etnisitas yang bertemakan ”Multikultur di Palembang Mozaik Etnik dari Sumatera Selatan”, Kamis (3/11/2021). Hadir dalam pertemuan tersebut Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (USU) dan mahasiswa pascasarjana Ilmu Sejarah USU.