Merdeka Belajar
Program Organisasi Penggerak Kemendikbudristek Terkatung-katung
Sejumlah organisasi peserta Program Organisasi Penggerak (POP) menyesalkan keputusan pemerintah memangkas anggaran POP dan tetap mewajibkan realisasi program sesuai cakupan sekolah dan daerah seperti di dalam proposal.

Suasana belajar di salah satu layanan pendidikan anak usia dini (PAUD) di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur. Anak-anak usia dini semangat belajar meskipun minim alat bantu pembelajaran.
JAKARTA, KOMPAS — Program Organisasi Penggerak sebagai terobosan Merdeka Belajar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi masih terkatung-katung. Selain ketidakpastian anggaran, waktu pelaksanaan program yang terlampau singkat membuat sejumlah organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan harus memutar otak untuk mencari tambahan dana. Bahkan, sebagian ada yang mempertimbangkan diri untuk mundur.
Program Organisasi Penggerak (POP) yang diseleksi sejak 2020 pelaksanaannya terus mundur. Pada 19 Agustus lalu, sebanyak 135 peserta POP diundang dalam pertemuan daring oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek. Adanya refocusing anggaran Kemendikbudristek membuat anggaran yang dijanjikan untuk POP tidak dapat direalisasikan sesuai rencana anggaran biaya (RAB) yang sudah disetujui sebelumnya, yaitu paling kecil Rp 1 miliar. Pemangkasan anggaran tiap RAB bervariasi, rata-rata di atas 50 persen dengan catatan harus tetap menjalankan program sesuai proposal secara daring.