Perempuan Kepala Keluarga Kian Terpuruk
Kondisi perempuan yang jadi tulang punggung keluarga makin terpuruk di tengah pandemi Covid-19. Mereka berjuang sendiri memikul beban ekonomi keluarga.

Rita Wati Sirait (47), perempuan kepala keluarga, beraktivitas di warungnya di perkampungan nelayan di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara, Sabtu (1/8/2020). Sudah delapan tahun Rita berjuang sendirian menghidupi tiga anaknya sejak ditinggal mati suaminya.
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, kehidupan perempuan kepala keluarga, terutama di lapisan masyarakat bawah, kian terpuruk. Apalagi, keberadaan mereka sebagai tulang punggung keluarga kerap terabaikan. Akibatnya, mereka rentan mengalami diskriminasi dan terbelenggu kemiskinan.
Padahal, jumlah perempuan kepala keluarga/kepala rumah tangga terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama di daerah konflik dan bencana. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, ada 10,3 juta rumah tangga (15,7 persen) dengan perempuan sebagai kepala keluarga.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Tulang Pungung Keluarga yang Terabaikan".
Baca Epaper Kompas