O
O merasa ditampar-tampar. Ia ingat ia masih punya tabungan 1.875.000. Keesokan harinya, ia membuka aplikasi lapak daring dan menyelesaikan apa yang harus segera dibereskan.
Menghabiskan 20 tahun untuk teater di Pontianak, O belajar banyak. Kesenian yang digadang-gadang kuasa melembutkan hati dan memperhalus budi pekerti hanyalah dongeng. Baru ia sadari kalau selama ini pentas-pentas yang dulunya menyalakan kebanggaan tak terlukiskan itu tak ubahnya panggung orkes atau organ tunggal dengan biduan yang melenggak-lenggok di atasnya. Begitu pun dengan teater, tak terkecuali di Pontianak. Ia hanyalah penghibur dengan nama yang ampuh membikinnya bangga: aktor.
Sesekali, ia ditahbiskan sebagai sutradara, mengurus art atau properti, penulis naskah, atau manajer panggung. Yang tak pernah ia jabani adalah menjadi produser. Apalagi produser eksekutif. Keduanya hanya untuk mereka yang, konon, memiliki pengaruh, koneksi, cuan banyak, hingga pintar melobi.