Teheran mengumumkan rencana pengayaan uranium hingga tingkat kemurnian 20 persen, jauh di atas level yang diizinkan Badan Tenaga Atom Internasional.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan para pejabat AS dinilai bertanggung jawab dalam serangan yang menewaskan Mayor Jenderal Qassem Soleimani, perwira militer senior Garda Revolusi Iran, Januari lalu.

Keberhasilan Iran mengatasi wabah akibat virus korona baru sangat terhambat oleh sanksi AS. Belum lagi, Iran dan AS terlibat konflik di pangkalan militer Irak.

Teknologi kecerdasan memudahkan proses spionase Amerika Serikat saat akan membunuh Pejabat Garda Revolusi Iran Jenderal Qassem Soleimani.

Mossad tidak hanya memasok informasi intelijen pada CIA tentang posisi Qassem Soleimani. Mereka pula yang menentukan lokasi eksekusi operasi pembunuhan itu.

Posisi Soleimani sudah dianggap orang kuat kedua setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Wajar jika kemudian Iran bersumpah akan melancarkan aksi balas dendam atas tewasnya Soleimani.

Like "throwing fire into a haystack," that is what Trump did by ordering to kill the commander of the Al-Quds Brigade, the elite unit of the Revolutionary Guard of the Islamic Republic of Iran, General Qassem Soleimani.

Kepala Pasukan Elite Iran, Jenderal Qassim Soleimani, tewas dalam serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat. Serangan yang juga menewaskan Wakil Komandan Milisi Irak dukungan Iran ini terjadi di Bandara Baghdad