Meski terus meningkat dari tahun ke tahun, tapi akses kuliah di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga.

Hasil analisis ”Kompas” menunjukkan lulusan prodi ilmu keguruan yang sudah bekerja menjadi yang tercepat mengembalikan biaya kuliah. Adapun yang terlama, prodi kedokteran.

Sejumlah skema beasiswa membuat mereka yang dari keluarga miskin dapat mewujudkan mimpinya menjadi sarjana demi pekerjaan yang lebih baik.

Seleksi tes masuk perguruan tinggi negeri lewat jalur prestasi menyasar 20 persen pendaftar. Peserta yang diterima diminta tidak menyia-nyiakan kesempatan kuliah di perguruan tinggi negeri.

Nilai ujian tulis berbasis komputer atau UTBK mulai banyak digunakan secara formal ataupun informal karena kredibilitasnya.

Berbagai kebijakan politik pendidikan tinggi di Indonesia berdampak pada tingginya biaya masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Akibatnya, akses masyarakat terhadap pendidikan tinggi masih minim. Otonomi perguruan tinggi yang seharusnya mentransformasi tata kelola perguruan tinggi negeri justru menjadi jalan masuk komersialisasi pendidikan.

Jumlah sarjana yang menganggur meningkat sejak awal pandemi. Prospek karier pun berubah drastis dibandingkan dengan ketika awal mengenyam bangku kuliah. Meningkatkan kualitas diri tetap menjadi kunci.

Persaingan memperoleh bangku kuliah favorit dan populer merupakan impian setiap calon mahasiswa. Rasio daya tampung dan peminat yang tinggi pada universitas maupun jurusan favorit mengindikasikan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi masih sangat diminati.