Dampak urbanisasi menjadi isu karena dinafikan dalam pembangunan kota. Perhatikan daya dukung lingkungan dan tata ruang.

Pembangunan ekosistem seni dan budaya di IKN perlu melibatkan komunitas lokal. Dukungan fasilitas, seperti teater, sanggar, gedung pertunjukan, galeri, dan ”concert hall” sangat dibutuhkan.

Polusi udara di perkotaan terbelenggu aktivitas industri dan mobilitas warga penggerak utama ekonomi, sedangkan realisasi industri hijau tak secepat yang diharapkan.

Mimpi menjadi kota musik perlu investasi penelitian musik, pembuatan kebijakan baru, dan infrastruktur penjaga seni serta atraksi seni. PR banyak, tetapi setiap konser berarti langkah kecil untuk maju menjadi kota musik.

Mimpi manis itu hidup menepi di kota kecil dengan fasilitas publik lengkap. Mimpi itu sejalan tren dunia dengan kota-kota kecil yang bersemi. Kelak, sabuk penyelamat dunia ada di rangkaian kota-kota itu.

Kota masa depan berkelanjutan bukanlah kota egois, eksklusif. Mereformasi kota egois jadi keharusan demi terwujud kota tangguh berketahanan untuk mengatasi Covid-19 juga ancaman pandemi, resesi, dan tantangan berikutnya.

Kena demam ”Kamu nanya? Ente kadang-kadang ente ya…. Rawrrr”. Nikmati sebelum tergusur viral konten ”receh” lain. Jurus ”receh” serupa dipakai untuk manipulasi informasi sampai kampanye kota berkelanjutan.

Perintah Presiden Joko Widodo agar membangun transportasi publik akan mengubah wajah kawasan urban Indonesia. Pembangunannya tidak akan mudah apalagi murah, tetapi menentukan keberlanjutan dan daya saing kota masa depan.