logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊSemakin Macet, Semakin Mahal...
Iklan

Semakin Macet, Semakin Mahal Biaya Pengguna Jalan

Skema biaya penggunaan jalan berbayar atau ERP disesuaikan dengan tingkat kemacetan. Semakin parah tingkat kemacetan lalu lintas di ruas jalan, semakin besar biaya yang harus ditanggung warga.

Oleh
STEFANUS ATO/WISNU WARDHANA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/qRpFo-sgn-le22KhVfWj0ht_Zd8=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F11%2F20181113_GANJIL-GENAP_B_web_1542101064.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja tengah menyiapkan penggunaan gerbang jalan berbayar (electronic road pricing/ERP) di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (13/11/2018). ERP direncanakan berlaku mulai 2019 dan akan menggantikan pembatasan kendaraan dengan sistem ganjil genap.

JAKARTA, KOMPAS β€” Penerapan jalan berbayar atau ERP di wilayah Jabodetabek akan diberlakukan pada 2020. Tarif yang dibebankan kepada pengguna jalan menyesuaikan dengan tingkat kemacetan di ruas jalan itu. Semakin macet suatu koridor jalan ERP, biaya bagi pengguna kendaraan yang melintas akan semakin mahal.

”Jadi, skema pembiayaannya itu saat koridor yang diterapkan ERP terjadi kemacetan, biayanya semakin tinggi. Saat kemacetan berkurang, tarifnya juga dengan sendiri akan berkurang,” kata Kepala Humas Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Budi Rahardjo, Jumat (29/11/2019), di Jakarta.

Editor:
Andy Riza Hidayat
Bagikan