logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊDemokrasi, Pendengung, dan...
Iklan

Demokrasi, Pendengung, dan Jurnalisme Baru

Selamat datang di era banjirnya informasi. Banyak pihak ingin membangun narasi seperti keinginannya dengan tujuan untuk memengaruhi yang lain. Hal ini berdampak pada lahirnya kompetisi tidak sehat di ruang media sosial.

Oleh
Andy Riza Hidayat / Benediktus Krisna Yoga / Aditya Diveranta
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/4-WlatNEptqC2sB4dRyjpitwvIs=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F04%2F20190414_ENGLISH-OPINI-WOT-OGAL-AGIL_A_web_1555246326.jpg
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Mural kampanye antihoaks di bawah jembatan layang Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (11/3/2019). Hoaks atau berita bohong makin marak terutama semakin dekatnya pemilihan umum serentak 17 April mendatang. Hoaks yang semakin masif dinilai merugikan dan merusak proses demokrasi serta memicu rusaknya kohesi sosial di masyarakat.

Kontestasi politik dalam penyelenggaraan demokrasi di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir diwarnai perang informasi yang semakin sengit. Tiap kelompok berjuang membuat narasi yang bisa menguasai ruang dan persepsi publik. Caranya dengan menyebar informasi agar publik berpihak ke kelompoknya.

Di antara informasi yang disebar tak jarang muncul narasi bohong yang menyesatkan. Meski ada kalanya informasi yang disebar memang benar adanya dan sesuai fakta.

Editor:
Andy Riza Hidayat
Bagikan