logo Kompas.id
UtamaYang Vokal yang Diretas (1)
Iklan

Yang Vokal yang Diretas (1)

Ketika akun media sosial sejumlah oposan diretas saat Pemilu 2019, banyak yang menganggap hal itu isapan jempol belaka. Mereka dituding ”playing victim”. Namun, belakangan, pengkritik revisi UU KPK mengalami hal serupa.

Oleh
Kurnia Yunita Rahayu/Benediktus Krisna Yogatama/Sharon Patricia
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/0HKZiWPMVRTDeayxm7Y6uLmiufk=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2F03df218c-6f0a-4a03-b4a2-aaa8ce1ba77a_jpg.jpg
Kompas/Wawan H Prabowo

Aliansi Masyarakat untuk Keadilan Demokrasi berunjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (15/9/2019). Selain menolak Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana, mereka juga mengingatkan pentingnya kebebasan berpendapat.

Ketika akun media sosial sejumlah politisi oposisi diretas saat Pemilu 2019, banyak yang menganggap hal itu isapan jempol belaka. Mereka dituding playing victim demi mendegradasi lawan yang merupakan petahana. Namun, belakangan, para pengkritik penguasa mengalami hal serupa. Pola berulang mengindikasikan adanya upaya membungkam kritik.

Telepon genggam Oce Madril tak henti-hentinya berdering, Rabu (11/9/2019) siang. Nomor panggilan yang masuk tak dikenal. Tak hanya itu, nomor-nomor itu berkode nomor luar negeri.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan