KARDIOLOGI
Tidak Semua Pasien Penyakit Jantung Bawaan Tertangani
Perbaikan sarana dan prasarana dalam penanganan penyakit jantung bawaan sangat penting karena jumlah pasien yang semakin bertambah. Setiap tahun diperkirakan pasien dengan jantung bawaan meningkat 30 persen.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2F85a51624-6784-472b-b5fb-a5c7a4ec82aa_jpeg.jpg)
Situasi salah satu simposium yang diselenggarakan dalam rangkaian acara 24th ASEAN Federation Cardiology Congress (AFCC) di ICE Bumi Serpong Damai, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (22/9/2019). Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang pertukaran ide kreatif dari para kardiolog dalam mendukung capaian target penurunan penyakit kardiovaskular sebanyak 30 persen pada tahun 2030. Ada sekitar 3.000 kardiolog dari negara-negara di Asia yang hadir.
TANGERANG, KOMPAS – Dari 1.000 bayi yang lahir di Indonesia setiap tahun, sembilan di antaranya mengalami kelainan jantung bawaan atau diperkirakan ada sekitar 43.200 kasus per tahun. Namun, keterbatasan fasilitas dan tenaga ahli untuk pelayanan bedah maupun intervensi nonbedah menyebabkan baru sebagian pasien yang dapat ditangani.
“Jumlah dokter yang menangani penyakit jantung bawaan di Indonesia sekitar 80 orang, sementara ada sekitar 40.000 bayi yang lahir dengan kelainan ini. Artinya, satu dokter harus menangani 500 kasus. Padahal, idealnya satu dokter menangani 250-300 kasus. Belum lagi distribusi dokter pun belum merata,” ujar Ketua Terpilih Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) Radityo Prakoso di sela-sela acara 24th ASEAN Federation Cardiology Congress (AFCC) di ICE Bumi Serpong Damai, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (22/9/2019).