logo Kompas.id
UtamaKetindihan Bukan Fenomena...
Iklan

Ketindihan Bukan Fenomena Ganjil

Oleh
M Zaid Wahyudi
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/mrk7_LmC2VDIItbdeBGDryXkFHs=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F05%2F201808006_GEMPA-LOMBOK_I_web.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Warga Dusun Telaga Wareng, Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, tidur di tempat pengungsian yang berada di tengah sawah, Senin (6/8/2018). Stres setelah trauma, gangguan panik, hingga buruknya kesehatan tidur meningkatkan risiko terjadinya kelumpuhan tidur atau ketindihan.

Kelumpuhan tidur, sleep paralysis, atau yang dikenal masyarakat sebagai ketindihan sebenarnya adalah fonemena umum. Berdasarkan data 2011, sebanyak 7,6 persen penduduk dunia pernah mengalami ketindihan setidaknya sekali seumur hidupnya. Mereka yang menderita stres setelah trauma, gangguan panik, hingga kualitas tidur buruk berpeluang lebih besar mengalami ketindihan.

Kelumpuhan tidur membuat seseorang terbangun dari tidur malamnya, menempatkan mereka dalam kondisi antara sadar dan mimpi. Pada saat itu, mereka umumnya tidak bisa menggerakkan tubuhnya dan tidak bisa bersuara. Sebagian orang juga merasakan sensasi dada yang tertekan atau ”tangan tak terlihat” yang mencekik leher mereka.

Editor:
yovitaarika
Bagikan