Sosok
I Wayan Wardika, Bapak Kunang-kunang dari Desa Taro
Kunang-kunang menjadi indikator lingkungan sehat. I Wayan Wardika membangun Rumah Konservasi Kunang-kunang di Taro.
![I Wayan Wardika.](https://assetd.kompas.id/QNR-Pe0LvK7nPN7AZqBTfTlxGwU=/1024x630/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F06%2F23%2F68889569-230f-4d85-a7b1-6122eba76c7a_jpg.jpg)
I Wayan Wardika.
Dari sebuah laboratorium kecil, I Wayan Wardika (46) membangun mimpi. Mimpinya, cahaya kunang-kunang kembali menyinari kawasan Desa Taro dan sekitarnya. Berbekal impiannya itu, Wardika memberikan sebagian kehidupannya untuk mengonservasi dan membiakkan kunang-kunang di Rumah Konservasi Kunang-kunang, di Tegal Dukuh Camp, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali.
”Karena kunang-kunang adalah cahaya semesta,” kata Wardika kala bersua di Tegal Dukuh Camp, Gianyar, Senin (17/6/2024). Cahaya dari kumbang bersayap itu memesona Wardika sedari bocah. ”Semasa saya kecil, di desa belum ada listrik. Hampir tidak ada cahaya buatan, kecuali cahaya bulan, lampu (minyak) sentir, dan kunang-kunang,” ujar alumnus Program Studi Diploma 4 Pariwisata Universitas Udayana, Bali, itu mengenang kunang-kunang.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 16 dengan judul "Bapak Kunang-kunang dari Taro".
Baca Epaper Kompas