logo Kompas.id
TokohSalman Aristo Gunakan Hak...
Iklan

Salman Aristo Gunakan Hak Pilih

Salman merasa pemilu tahun ini kurang gereget. Salah satunya karena pertarungan antarelite terlalu terang-terangan.

Oleh
BUDI SUWARNA
· 2 menit baca
Salman Aristo
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Salman Aristo

Kreator film Salman Aristo akan menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024 di tempat pemungutan suara (TPS) sekitar kediamannya di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. ”Tapi, terus terang, sampai hari ini hati gue belum mantap mau pilih yang mana. Besoklah di TPS guetentuin,” ujar Salman di Jakarta, Selasa (13/2/2024) siang.

Salman merasa pemilu tahun ini kurang gereget. Salah satunya karena pertarungan antarelite terlalu terang-terangan dan dangkal. Capek melihatnya. ”Pada pemilu sebelumnya, kan, pertarungan terjadi di tingkat grass root. Sekarang grass root-nya sudah makin dewasa dan tidak mudah terjebak dalam polarisasi politik yang tajam. Masalahnya, elite politiknya yang enggak tambah dewasa,” tambahnya.

Iklan

Salman juga melihat program-program yang ditawarkan capres/cawapres dan caleg tidak banyak berubah. Itu-itu saja. Yang dibicarakan serba permukaan. Tidak sampai detail.

Salman Aristo, penulis naskah, produser, dan sutradara film.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Salman Aristo, penulis naskah, produser, dan sutradara film.

Sebagai orang film, Salman sebenarnya berharap ada capres/cawapres atau caleg yang bicara persoalan arah strategi kebudayaan dalam kampanye atau debat capres/cawapres. ”Tapi isu itu enggak ada yang nyentuh sama sekali. Enggak jadi prioritas. Paling-paling, mereka bicara pentingnya pelestarian kebudayaan. Itu pun enggak jelas langkahnya seperti apa,” tuturnya.

Walakin, Salman tetap berharap, setelah pemilu, pemimpin terpilih ada yang menyadari besarnya potensi kebudayaan bagi bangsa ini. ”Korea Selatan sudah membuktikan, dengan strategi kebudayaan yang jelas, mereka bisa menghadirkan K-pop dan sebagainya,” ujarnya.

Strategi kebudayaan yang kuat, lanjut Salman, akan menjadi payung bagi ekosistem kreatif yang saling berkaitan. Ekosistem film, misalnya, terkait dengan ekosistem sastra, teater, ekshibisi, lembaga pendidikan, dan sebagainya. Tanpa sastra, tidak muncul cerita film yang bagus. Tanpa teater, tidak muncul pemeran yang baik. Tanpa lembaga pendidikan, tidak ada aliran tenaga terdidik dan terampil di dunia film. ”Mudah-mudahan ada yang mikirin ke depan,” harap Salman.

Editor:
DAHONO FITRIANTO
Bagikan