Semar
Aku masih teler. Belum bisa fokus pada ketoprak favorit. Aku mencoba mencari kelanjutan cerita Semar yang terpotong.
Seluruh moncong senjata sudah membidik ke arah musuh. Tinggal muntah, menunggu sedikit gerakan kecil, sehalus langkah semut pun, aba-aba tembak tak perlu dinanti lagi. Pelatuk senapan dan knop rudal sudah otomatis akan bertindak. Sebelum musuh sempat bernapas, seluruh kepungannya akan habis kikis kita sikat ludes. Dan persada kita akan kembali aman.
Kecuali kalau mereka, di luar perhitungan kita, telah siap mementahkan serangan teknologi mutakhir kita, dengan teknologi yang paling tidak dua digit di atas penemuan terbaru kita yang hanya diketahui oleh Panglima dan Baginda. Dengan kata lain, lebih dari perang-perang sebelumnya, perang kali ini sudah pasti kita menangkan sebelum terjadi. Itu fakta.