Batavia yang Tak Sesuai Rencana Lucretia
Sebetulnya Lucretia tidak ingin terlalu akrab dengan Catia. Baginya, Catia tetaplah kaum budak dan tak sejajar dengannya. Namun, sebagai penganut kasih Kristus, tentu ia harus berbelas kasih kepada kaum rendahan.
Selasa pagi 7 Juni 1898, seharusnya menjadi hari yang biasa bagi Lucretia van der Maas. Ia berencana menyiram gladiol jingganya yang baru berbunga, menerima kiriman sayur segar dari Catia, dan memanggang roti kismis bagi Bastiaan van der Maas, suaminya. Hidupnya selalu tertata dan ia tak ingin menyesali setiap detiknya. Karena itu, ia selalu merencanakan semua yang ia anggap penting dan melaksanakannya tanpa cela, tak terkecuali untuk hari Selasa ini. Namun, itu sebelum ia menerima surat yang dikirim ke rumah oleh jongos Westzijdsche Pakhuizen atau bekas gudang barat VOC yang telah diambil alih oleh Pemerintah Belanda. Sejak itu, Lucretia merasa semua rencananya tak lagi penting.
Dengan kepala tegak, Lucretia van der Maas berjalan ke dapur, memilih pisau buah paling tajam, dan menyimpannya ke dalam tas tangan yang terbuat dari kulit buaya. Tanpa tergesa ia berjalan ke ruang depan, mengenakan sarung tangan, dan meraih topi bundar kesayangannya di gantungan. Bastiaan selalu mengingatkannya untuk menggunakan topi dan sarung tangan agar kulit pualamnya tak digosongkan matahari Batavia yang garang.