Fundamentalisme Puisi (Tanggapan atas Hasan Aspahani)
Puisi yang baru ditulis tentu tak niscaya menjadi puisi berkadar reka-baru. Para penelaah yang bersuaralah yang akan ”merilis” reka-baru puisi sehingga eksis dalam ruang pengetahuan publik atau membatalkannya.
Ada yang ideologis setiap kali orang menanggapi dan menilai puisi. Ideologi di sini adalah sesuatu yang menghubungkan dan memberi kita orientasi dalam memandang dunia. Dari sudut pandang ideologi pula akan bertolak dan berlandas penilaian ihwal ada atau tidaknya serta bagaimana reka-baru (innovation) puisi yang semestinya.
Ajaran-ajaran kaum penelaah puisi yang berpengaruh telah menularkan formula-fornula reka-baru puisi modern kita. HB Jassin membaiat Chairil Anwar sebagai pelopor ”Angkatan ’45” dari abad kemarin. Ada pengaruh situasi historis dan biografis yang turut menginfiltrasi opini Jassin, misalnya latar pendudukan fasisme Jepang dan kecamuk Perang Dunia II. Faktor situasi historis inilah yang membuat larik puisi ”aku ini binatang jalang” bergema pada masa itu ketimbang ”duka maha tuan bertahta”.