logo Kompas.id
โ€บ
Risetโ€บBuruh, Hari Libur, dan...
Iklan

Buruh, Hari Libur, dan Perjuangan Politik

Stigma terhadap buruh tak sekadar politik, tetapi juga kultural, sehingga memarginalkan gerakan politiknya. Pemilu 2024 bisa menjadi momentum bagi buruh mengambil simpati pemilih untuk memperjuangkan kepentingannya.

Oleh
YOHAN WAHYU
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/9cOmZRPptc4LHHkL6xNm3DTSXcE=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F11%2F86609992-cec8-4620-8c08-8f67ec79ab72_jpg.jpg

Sejarah buruh di Indonesia tidak sekadar kelam secara politik, tetapi juga secara kultural buruh ditempatkan menjauh dari kehidupan masyarakat. Stigma yang dikenakan pada buruh di era Orde Baru cukup efektif untuk โ€meredamโ€ gejolak politik yang melekat dari gerakan buruh. Pemilu 2024 menjadi momentum bagi kekuatan politik buruh untuk mendapatkan simpati pemilih.

Stigma ini relatif melekat di tubuh buruh, terutama dimulai sejak era Orde Baru. Di era awal Soeharto berkuasa, buruh menjadi korban stigma dari negara. Ia kemudian dicap identik dengan gerakan komunis karena lebih banyak aktivisnya yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Editor:
ANDREAS YOGA PRASETYO
Bagikan