Kemiskinan
”Kemiskinan” Yogyakarta, Hidup Prihatin untuk Masa Depan Mapan
Sebagian masyarakat Yogyakarta benar-benar memaknai falsafah Jawa, ”gemi nastiti tur ngati-ati”. Artinya, tidak mudah membelanjakan jika memang tidak diperlukan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F01%2F23%2F93f16441-67c6-4d99-9381-74ee1eb253fc_jpg.jpg)
Warga memeriksa kandang burung dara peliharaan di perkampungan Tamansari, Keraton, Yogyakarta, Senin (23/1/2023). Menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik, DI Yogyakarta menjadi daerah termiskin di Pulau Jawa. Tingkat kemiskinan DIY sebesar 11,49 persen, dengan jumlah penduduk miskin mencapai 463.630.
Tingginya tingkat kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak serta-merta menggambarkan kondisi yang tertinggal dan jauh dari sejahtera. Kebiasaan menghemat pengeluaran, termasuk belanja bahan pangan, menjadi ciri perilaku sederhana demi mempersiapkan masa depan yang lebih mapan. Bagi kultur Jawa, perilaku demikian dikenal dengan laku ”prihatin”.