logo Kompas.id
โ€บ
Risetโ€บLabirin Perdamaian dan...
Iklan

Labirin Perdamaian dan September Hitam

Peristiwa pelanggaran HAM dan perdamaian berada dalam sebuah labirin panjang. Masing-masing mencari cara bertemu, namun masih sama-sama tersesat di dalamnya.

Oleh
Yohanes Mega Hendarto
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Ppva3EJr7AzzMWUpNDEI0Qz4nm4=/1024x682/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2Fb11d00c5-6b43-4566-8ab5-a0fc351c063f_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Mural berjudul "Menolak Lupa" menghiasi salah satu sudut tembok di jalan Stasiun Barat, Bandung (4/7/2021). Sejumlah kasus pelanggaran HAM yang tak kunjung terungkap di tanah air terus disuarakan oleh berbagai kalangan.

Hari Perdamaian Dunia (World Peace Day) โ€‹โ€‹diperingati secara internasional tiap 21 September. Di bulan yang sama, ada lima peristiwa pelanggaran HAM yang masih menjadi luka ibu pertiwi. Penuntasan kasus dan pemulihan hak para korban menjadi jalan panjang demi Indonesia damai.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pertama kali menetapkan Hari Perdamaian Dunia pada 1981 untuk memperingati dan memperkuat cita-cita perdamaian dunia di antara bangsa-bangsa. Dua dekade kemudian, pada 2001, Majelis Umum PBB memperbarui teks resolusi sebagai periode tanpa kekerasan dan gencatan senjata. Tujuannya, untuk mengingatkan semua orang berkomitmen pada perdamaian yang mengatasi segala bentuk perbedaan dan berkontribusi dalam membangun budaya perdamaian.

Editor:
totosuryaningtyas
Bagikan