logo Kompas.id
›
Riset›Dilema Bersepeda di Jakarta
Iklan

Etika Bersepda

Dilema Bersepeda di Jakarta

Hanya karena sikap arogan sejumlah pesepeda, citra pesepeda menjadi buruk di mata masyarakat. Menggunakan jalanan adalah hak tiap warga dan berbagi jalan adalah etikanya.

Oleh
Yohanes Mega Hendarto
· 1 menit baca
https://assetd.kompas.id/t6dkYFrfC3LghO5a3QF9MSeq08s=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F5d42dbd1-1652-4ef2-af5b-43fbc7aba6ec_jpg.jpg
Kompas/Wawan H Prabowo

Pesepeda melintasi Bundaran HI, Jakarta, Minggu (30/5/2021). Sejak merebaknya kasus Covid-19, pengguna sepeda di Jakarta kian hari semakin bertambah banyak. Saat ini, Pemerintah Provinsi DKI mencatat jumlah pesepeda yang melintas di kawasan Sudirman-Thamrin pada akhir pekan melonjak menjadi lebih dari 23.000 pesepeda per hari.

Pandangan warga, khususnya di Jakarta, mungkin berubah negatif melihat tingkah para pesepeda yang memakan badan jalan. Menaati aturan dan beretika di jalanan masih perlu jadi perhatian warga urban.

Viralnya foto pengendara sepeda motor yang mengacungkan jari tengah kepada kelompok pesepeda balap, Sabtu (29/5/2021), menjadi sorotan warganet. Dalam foto tersebut tampak para pesepeda melaju secara berkelompok dan hampir menutup ruas jalan bagi pengguna lain. Sementara si pengendara sepeda motor terlihat menerobos melewati rombongan pesepeda dan mengacungkan jari tengah sambil melihat ke belakang.

Editor:
yogaprasetyo
Bagikan
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Artikel Terkait
Belum ada artikel
Iklan
Memuat data...