Gus Muhaimin, dari Santri Kembali ke Santri
Selama masa kampanye, Muhaimin Iskandar semakin intens menyapa ulama dan santri serta mengunjungi pondok pesantren.
Calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, berpidato dalam acara deklarasi laskar santri di Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (27/1/2024).
Suara Abdul Muhaimin Iskandar terdengar lantang saat berpidato di depan para santri dan pengasuh Pondok Pesantren Ar-Roudloh Berbaur, Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (24/1/2024) malam. Sesekali calon wakil presiden nomor urut 1 itu tertawa lepas di tengah pidato membuat suasana pertemuan menjadi hangat.
Malam itu, Muhaimin berada di Pondok Pesantren (Ponpes) Ar-Roudloh Berbaur untuk menghadiri acara haul atau peringatan meninggalnya KH Abu Amar Khatib, salah satu ulama berpengaruh di Jawa Timur. Selain para santri dan pengurus pondok, acara itu juga dihadiri sejumlah ulama, di antaranya pengasuh Pondok Pesantren Ar-Roudloh Berbaur, KH Ahmad Suadi, dan pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falah AL-Hasani, Pasuruan, KH Yazib Bustomi. Hadir pula mantan Wakil Bupati Pasuruan KH Mujib Imron.
Tidak hanya berdoa, acara itu juga diisi dengan dialog dua arah antara Muhaimin dan para hadirin. Banyak harapan yang disampaikan para kiai serta santri, salah satunya Ahmad Suadi. Mewakili para ulama, Ahmad Suadi menyampaikan keinginan untuk mengembalikan segala aturan kepada Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.
Kepada para ulama dan santri, Muhaimin memastikan bahwa perjuangan politiknya selalu didasarkan pada ahlussunnah wal jamaah, doktrin yang menjadi pegangan Nahdlatul Ulama (NU).
Kesempatan itu juga dimanfaatkan Muhaimin untuk memohon restu dan dukungan dari para ulama untuk pencalonannya sebagai wakil presiden bersama Anies Baswedan. Pria yang kerap dipanggil Gus Imin itu menyampaikan bahwa Anies Baswedan juga seorang santri. Tak lupa, Muhaimin memohon doa agar mendapatkan kemudahan dan kelancaran sehingga bisa memperoleh kemenangan dalam Pemilu 2024.
Muhaimin merupakan kader NU yang membangun karier politiknya sejak mahasiswa. Mengawali dunia aktivis mahasiswa dengan bergabung sebagai anggota Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia (PMII), Gus Imin sukses menduduki posisi puncak dengan menjadi Ketua Umum Pengurus Besar PMII pada 1994-1997.
Pasca-Reformasi, Muhaimin ditunjuk untuk menjadi tim asistensi pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia pun berhasil melenggang ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Pemilu 1999, pemilu pertama yang diikuti PKB. Hanya selang beberapa hari setelah dilantik menjadi wakil Rakyat, Muhaimin yang kala itu berusia 33 tahun dipilih menjadi wakil ketua DPR.
Mengawali karier politiknya di PKB dengan menjadi sekretaris jenderal (sekjen), Muhaimin kemudian terpilih menjadi Ketua Umum PKB pada tahun 2005. Meski mengalami sengketa karena dualisme kepengurusan PKB, Muhaimin berhasil bertahan berada di posisi pucuk pimpinan PKB hingga saat ini.
Muhaimin merupakan putra dari pasangan Muhammad Iskandar dan Muhassonah. Ayah Muhaimin berasal dari Mojokerto, alumnus dari Pesantren Lirboyo, Kediri, dan guru di Pondok Pesantren Manbaul Ma’arif, Jombang. Muhaimin merupakan cicit dari pendiri NU, KH Bisri Syamsuri, yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang, dari garis ibunya. KH Bisri Syamsuri juga kakek dari Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Agenda perubahan
Sebelum ke Pasuruan, Muhaimin bersama dengan Anies telah berkeliling ke sejumlah tempat mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Menurut Muhaimin, banyak yang mengharapkan perubahan. Perubahan ini menjadi agenda yang sangat didukung masyarakat demi memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Misi perubahan yang dibawa Muhaimin, antara lain, terkait dengan iklim, krisis, pangan, dan lingkungan yang mengerikan. Kerusakan terjadi karena ulah tangan manusia sendiri. Kekayaan alam Indonesia yang kaya-raya dan subur seharusnya dijaga melalui pembangunan dan keputusan pemerintah.
Baca juga: Anies-Muhaimin Janji Lindungi Hak-hak Ojek Daring
Selain di pondok pesantren, Muhaimin juga bertemu dengan sejumlah santri seperti di Badung dan Bulelang (Bali) pada Jumat (26/1/2024) serta Wonosobo dan Magelang (Jawa Tengah) pada Sabtu (27/1/2024). Para pendukung Muhaimin pun seperti tak kenal lelah. Mereka selalu antusias menyambut Muhaimin. Meski acara digelar pada malam hari dengan kondisi hujan, para pendukung Muhaimin tetap memenuhi Lapangan Tegalrejo, Magelang.
Lagu ”Yaa Lal Wathan” khas NU selalu mengiringi kedatangan dan kepergian Muhaimin. Pekik shalawat para santri selalu menggema pada acara-acara yang dihadiri Muhaimin.
Tak lupa, Muhaimin menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah ataupun pondok pesantren para tokoh, seperti pondok pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo, Magelang, yang diasuh KH Yusuf Chudlori atau yang akrab disapa Gus Yusuf.
Gus Yusuf menemani Muhaimin sejak acara deklarasi laskar santri di Lapangan Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Wonosobo. Ia ikut mengobarkan semangat para santri agar terus memberikan dukungan kepada Anies-Muhaimin demi perubahan agar Indonesia lebih baik. Meskipun ada yang menakuti ataupun menjanjikan sesuatu, Gus Yusuf meminta para santri tetap terus mendukung Anies-Muhaimin.
Perkuat ikatan batin
Dukungan itu memberikan semangat yang berlipat ganda untuk Muhaimin jelang pemungutan suara pada 14 Februari 2024. ”Sekarang lebih semangat karena isu-isu yang kita usung betul-betul mendapatkan sambutan dari bawah,” tutur Muhaimin.
Menurut Muhaimin, kampanye akbar menjadi kesempatan untuk pemantapan dan memotivasi dirinya agar lebih giat bekerja merebut hati rakyat. Ia datang ke pondok pesantren dan bertemu dengan para santri serta ulama karena sudah lama tidak menyapa mereka. Muhaimin ingin memperkuat ikatan batin lewat pertemuan langsung meskipun komunikasi lewat telepon tetap dilakukan secara intens.
Selain kampanye, ia juga tetap akan terus menyampaikan gagasannya melalui sosial media, datang dari pintu ke pintu, serta dialog. Program dialog, seperti Slepet Imin, Nitip Gus, dan Desak Anies, pun sangat diterima masyarakat karena ia dan Anies ditantang untuk membahas isu-isu tertentu.
Menurut Koordinator Jaringan Muslim Madani, Syukron Jamal, Muhaimin merupakan nahdliyin secara biologis dan ideologis. Fakta itu tidak terbantahkan. Menurut dia, Muhaimin dan PKB adalah representasi politik mayoritas warga nahdliyin.
Peluang dukungan warga nahdliyin, terutama NU kultural di akar rumput, terhadap Muhaimin cukup signifikan meskipun para elite NU saat ini banyak yang tidak sejalan.
Kiprah dan kontribusi Muhaimin terhadap NU juga tidak bisa diabaikan meskipun secara struktural antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan PKB tidak sejalan. Alhasil, kata Syukron, ada semacam kompetisi siapa yang paling berkontribusi terhadap NU.
Syukron menilai, peluang dukungan warga nahdliyin, terutama NU kultural di akar rumput, terhadap Muhaimin cukup signifikan meskipun para elite NU saat ini banyak yang tidak sejalan. Sebab, mesin politik PKB juga sebagian dijalankan oleh mereka yang menjadi pengurus atau kader NU di sejumlah daerah.
”Tinggal bagaimana upaya mengonsolidasi kekuatan itu dengan tantangan dari elite NU lain yang mendukung pasangan calon lain atau gerakan kader NU yang tidak di PKB. Namun, saya kira secara umum dukungan dari warga nahdliyin akan signifikan ke Amin (Anies-Muhaimin),” tutur Syukron.
Tantangan lain adalah bagaimana Muhaimin bisa meyakinkan warga nahdliyin di arus bawah untuk menghilangkan stigma politik identitas. Selain itu, lanjut Syukron, meyakinkan peran kader NU terkait dukungan kelompok Islam fundamental, seperti eksistensi PKS (Partai Keadilan Sejahtera) di koalisi Anies-Muhaimin yang secara ideologis berseberangan dengan NU.