upaya mencari keadilan
Kami Tidak Sendiri, maka Kami Kuat
Keluarga korban menolak lupa atas peristiwa yang membuat mereka kehilangan orang terkasih. Jalan berliku mencari keadilan sungguh melelahkan. Namun, nyala api keyakinan membuat mereka terus melangkah.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F24250042-3a70-4387-ac1a-7faddb718691_jpg.jpg)
Maria Catarina Sumarsih memperlihatkan berkas memori kasasi melawan Jaksa Agung yang sedang dia ajukan ke Mahkamah Agung, Rabu (5/5/2021). Sumarsih adalah ibu dari Bernardus Realino Norma Irawan atau Wawan, mahasiswa Universitas Atmajaya Jakarta yang tewas tertembak saat Tragedi Semanggi I, 13 November 1998.⁷
Sudah 23 tahun Maria Catarina Sumarsih (69) memperjuangkan keadilan. Putra sulungnya, Bernardus Realino Norma Irawan atau Wawan, tewas ditembak saat Tragedi Semanggi I pada 13 November 1998. Luka batin atas kehilangan sang putra yang kala itu mahasiswa Universitas Atma Jaya, Jakarta, berubah menjadi kegigihan memperjuangkan keadilan meski jalan yang ditapaki berliku, terjal, dan amat melelahkan.
Sejak 2007, ia ikut Aksi Kamisan bersama keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat lainnya, serta masyarakat yang peduli isu HAM. Sudah lebih dari 600 kali Aksi Kamisan berlalu.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Kami Tidak Sendiri, maka Kami Kuat".
Baca Epaper Kompas