logo Kompas.id
β€Ί
Politik & Hukumβ€ΊMenolak Lupa Sejarah Kelam...
Iklan

Menolak Lupa Sejarah Kelam 1997-1998

Peran Yulius Selvanus dan Dadang Hendrayudha dalam penculikan aktivis 1997-1998 terungkap di pengadilan. Dua dekade berlalu, kejahatan mereka seolah lenyap saat keduanya diangkat jadi pejabat di Kementerian Pertahanan.

Oleh
INSAN ALFAJRI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/M2WkatDtG4sY2zL8XkPaE5Sicc8=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2F20190214_KAMISAN_A_web_1550150147.jpg
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Para aktivis kemanusiaan mengikuti aksi Kamisan ke-574 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (14/2/2019). Aksi Kamisan rutin digelar guna mengingatkan negara akan tanggung jawabnya menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia berat masa lalu.

Dua dasawarsa berlalu sejak kasus penculikan aktivis prodemokrasi tahun 1997-1998. Ketika tabir misteri penculikan belum sepenuhnya tersibak dan keadilan bagi keluarga korban tak kunjung hadir, publik dikejutkan dengan pengangkatan dua pelaku penculikan untuk mengisi posisi strategis di Kementerian Pertahanan. Inikah ganjaran yang setimpal untuk para pelaku pelanggaran hak asasi manusia di negeri ini?

Satu waktu di bulan Juli 1997 ketika gerak para aktivis prodemokrasi kian kencang menyuarakan agar Soeharto turun dari jabatan presiden, Mayor (Inf) Bambang Kristiono membentuk Satuan Tugas Tim Mawar.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan