Mimpi Indonesia Setara
Saatnya kita berani berharap hidup anak-anak Indonesia tidak ditentukan status sosial, tetapi oleh kualitas karakter.
Indonesia setara adalah mimpi bersama pendiri republik. Sekitar 79 tahun silam, Soekarno-Hatta bermimpi: ”demokrasi politik menuntut kesetaraan dan demokrasi ekonomi menghadirkan kesejahteraan”. Mimpi demokrasi kembar itu berakhir dengan kenyataan buruk. Demokrasi politik dirusak melalui skandal nepotisme yang membunuh kesempatan setara bagi setiap warga untuk menggapai kemajuan sesuai prinsip meritokrasi, sementara demokrasi ekonomi dibunuh melalui kapitalisme oligarki yang mengistimewakan minoritas orang kaya dan meminggirkan mayoritas rakyat menengah dan miskin.
Setelah 79 tahun merdeka, Indonesia bergerak bukan ke arah kesetaraan, tetapi ke arah ketimpangan. Indonesia timpang adalah fakta brutal yang kita rasakan. Ketimpangan tampak jelas bukan hanya pada kesempatan yang tidak setara untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas, pelayanan kesehatan yang prima, pekerjaan dan penghidupan yang layak, tetapi juga pada penguasaan aset finansial dan aset tanah.