logo Kompas.id
OpiniBaterai sebagai ”Game Changer”...
Iklan

Baterai sebagai ”Game Changer” Bisnis Energi

Kombinasi baterai dan energi surya nantinya akan menjadi solusi total bagi kebutuhan listrik masyarakat.

Oleh
ZAINAL ARIFIN
· 1 menit baca
Mabrur mengisi daya baterai dari motor listrik buatan anak bangsa, yaitu Gesits, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (22/2/2021). Untuk pertama kali di Indonesia timur, motor listrik ini akan diresmikan dan dipasarkan akhir pekan mendatang.
SAIFUL RIJAL YUNUS

Mabrur mengisi daya baterai dari motor listrik buatan anak bangsa, yaitu Gesits, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (22/2/2021). Untuk pertama kali di Indonesia timur, motor listrik ini akan diresmikan dan dipasarkan akhir pekan mendatang.

Tahun 2015-2016 yang lalu, beberapa lembaga riset memprediksi adanya teknologi disruptif di sektor energi, yaitu pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan baterai (Black & Veath, 2015; E&Y, 2016). Dalam rentang waktu 10 tahun energi surya tumbuh 21 kali atau 200 persen per tahun, dari hanya 23 GW pada tahun 2008 menjadi 505 MW pada tahun 2018. Kapasitas energi surya terus meningkat tiga kali atau setara dengan tambahan 1.500 GW, sehingga jumlah kumulatifnya akan melampaui kapasitas pembangkit berbahan bakar gas di tahun 2026 dan PLTU baru bara pada 2027 (IEA, 2022).

Di satu sisi, pertumbuhan baterai khususnya jenis litium ion juga melonjak tajam, yang awalnya hanya tumbuh 1 persen di tahun 2000 menjadi lebih dari 15 persen pada lima belas tahun terakhir (Bloomberg, 2020). Pasar terbesar baterai tentunya kendaraan listrik yang saat ini populasinya sudah lebih dari 40 juta unit dan mendominasi dengan pangsa lebih dari 85 persen. Namun kebutuhan baterai untuk sistem energi atau yang dikenal dengan BESS (battery energy storage system) juga terus melejit naik dengan rata-rata 79 persen pertahun (IHS Markit, 2020).

Editor:
ANDREAS MARYOTO
Bagikan