logo Kompas.id
OpiniBanalitas Otoritarianisme
Iklan

Banalitas Otoritarianisme

Jatuhnya demokrasi memungkinkan terjadi melalui peran ”the indispensable partners” bagi pemimpin otoriter populis.

Oleh
SUKIDI
· 1 menit baca
Sukidi
SALOMO TOBING

Sukidi

Wajah otoritarianisme yang lunak (soft authoritarianism) bergerak ke arah otoritarianisme yang keras (hard authoritarianism). Inilah sisi keberlanjutan kepemimpinan nasional yang menggelar konsolidasi kekuasaan secara gradual. Apa pun bentuknya, otoritarianisme menjadi perilaku politik otoriter yang banal dan dangkal, yang dirutinkan dan diterima sebagai kewajaran, tanpa ada perasaan malu dan jijik secara moral (moral revulsion).

Banalitas otoritarianisme diperkenalkan oleh Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt di Harvard dalam karya terbarunya, Tyranny of the Minority (2023:34-64), untuk menyingkap fakta bahwa ”banyak politisi yang memimpin kematian demokrasi hanyalah mereka yang mengejar karier ambisius yang berusaha untuk tetap menjabat atau mungkin memenangi jabatan yang lebih tinggi. Mereka tidak menentang demokrasi, tetapi hanya tidak peduli terhadapnya. Para politisi ini sering mengatakan bahwa mereka hanya melakukan apa yang diperlukan untuk maju. Namun, pada akhirnya, mereka menjadi mitra yang sangat diperlukan dalam kematian demokrasi”.

Editor:
ANTONIUS PONCO ANGGORO
Bagikan