Katastrofe Bahasa Daerah
Penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di beberapa mata pelajaran pilihan di sekolah perlu digalakkan lagi.
Prospek suram bahasa daerah di Indonesia pernah dipertanyakan oleh Hein Steinhauer (1992) dalam artikelnya berjudul The Indonesian Linguistic Scene: 500 Languages Now, 50 in The Next Century? Seolah mengamini prediksi tersebut, rilis data Global Endangered Languages (2023) dari Derivation: Insight baru-baru ini menempatkan Indonesia pada posisi puncak sebagai negara dengan jumlah bahasa daerah terancam punah paling banyak di dunia.
Sebuah katastrofe bagi ekologi lingustik di Nusantara, ekosistem dengan keberagaman linguistik (linguistic diversity) terbesar kedua setelah Papua Nugini. Bahkan, Steinhauer tanpa ragu menyebut Indonesia sebagai Mecca for linguists and linguistics.