Psikologi
Relasi Toksik
Hubungan toksik tidak memberikan manfaat positif bagi kita. Meski demikian, sering kita sulit keluar dari hubungan itu.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F06%2F23%2F630de2ab-49a9-41bf-9ce4-5aefc9f37c0d_jpg.jpg)
Rambu larangan berpacaran di Taman Prestasi, Surabaya, Minggu (23/6/2019). Taman-taman kota yang terjaga di musim kemarau tidak hanya sebagai tempat bermain, tetapi juga tempat warga melakukan interaksi sosial.
Kita sering menggunakan istilah ”relasi toksik” untuk membahas hubungan yang tidak sehat atau ”beracun”. Sering dalam konteks pacaran, tapi bisa juga dalam konteks lain, seperti hubungan suami-istri, orangtua dan anak, atau dalam pertemanan.
Suatu hubungan dapat mengalami pasang surut dan kadang ada dalam situasi kurang positif. Wajar jika sesekali kita berbeda pendapat atau berkonflik. Itu tidak langsung berarti toksik. Yang toksik adalah jika karakteristik utama hubungan itu bersifat negatif sehingga berada di dalamnya terasa demikian menegangkan.