Petunjuk Rute Transportasi
Selama dua dekade, kita telah menikmati peningkatan kualitas layanan yang aman, nyaman, dan terintegrasi antarmoda.
Selamat kepada Transjakarta yang menginjak usia ke-20 pada 15 Januari lalu. Sepakat dengan tulisan Kompas, saya sebagai warga pengguna jasa mengapresiasi layanan Transjakarta (Kompas, 17 Januari 2024). Apresiasi dan terima kasih juga layak ditujukan kepada Pemprov DKI cq dinas yang melayani angkutan umum massal.
Selama dua dekade, kita telah menikmati peningkatan kualitas layanan yang aman, nyaman, dan terintegrasi antarmoda. Seperti dilaporkan Kompas, kini Transjakarta telah melayani 244 rute dengan 14 koridor utama, dengan berbagai tipe layanan. Apabila dimasukkan pula MRT, KRL, LRT, serta mikrotrans, dan lain-lain, lengkaplah armada angkutan untuk melayani publik.
Namun, satu hal sepele yang perlu menjadi perhatian adalah tidak adanya petunjuk bagi calon pengguna jasa yang bisa menjadi panduan mereka untuk sampai ke tujuan. Begitu banyak rute yang dioperasikan, tetapi kadang kala saya masih bingung dalam menggunakan angkutan umum massal. Misalnya, untuk membawa saya dari Ciputat di pinggir selatan ke Pulo Gadung di ujung timur tak ada petunjuk di mana saya harus turun, pindah bus, dan menumpang rute yang mana?
Saya usul agar mempermudah para pengguna jasa transportasi umum, baik jika ada leaflet khusus rute perjalanan Transjakarta yang dicetak cuma-cuma maupun jika mungkin bisa disajikan secara lengkap meliputi rute perjalanan KRL, MRT, dan LRT yang terintegrasi.
Di luar negeri, biasa di tiap halte ada informasi nomor-nomor bus yang melalui halte bersangkutan. Bahkan, di London dan Tokyo, kita bisa membeli kartu pos khusus bergambar jaringan lalu lintas kereta yang dibedakan warnanya sesuai dengan jalur masing-masing. Ini akan sangat membantu. Di Singapura, jaringan transportasi kota itu dititipkan pada brosur-brosur pusat belanja.
Sekali lagi, selamat kepada Transjakarta, yang secara tidak langsung juga telah ikut mendidik warga masyarakat kita untuk berdisiplin. Mulai dari antre, membayar ongkos, memberi tempat duduk bagi yang lebih memerlukan, menjaga kebersihan, sampai turun tidak di sembarang tempat.
Ciputat, Tangerang Selatan
Saatnya āMikirā
Pemilihan Umum 2024 tinggal dalam hitungan jari. āKeriuhanā terus meningkat, setiap pasangan calon dan pendukungnya berusaha habis-habisan untuk menang.
Saya ārakyat biasaā yang tidak mengerti dan tidak berminat terlibat dalam perpolitikan. Hanya saja, saya prihatin membaca berita tentang sepak terjang para politisi (bukan negarawan) dalam usaha mereka meraih kursi kekuasaan.
Lewat surat ini, saya ingin mengajak kita semua, rakyat Indonesia, baik yang memilih maupun yang dipilih, untuk āmikirā. Saya tulis dalam tanda kutip untuk membedakan dengan berpikir menggunakan akal atau otak. Yang saya maksud āmikirā adalah berpikir dengan kalbu, jiwa, atau hati nurani. Hadirkan Allah ketika memilih, simpan ego atau nafsu buruk. Dengan begitu, kita memilih calon pemimpin terbaik, baik fisik, mental, perilaku, sikap, lisan, serta jujur dan amanah.
Tingka Adiati
Bintaro Jaya, Tangsel
Politik āAji Mumpungā
Kehidupan politik di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis. Para elite politik melakukan berbagai siasat dan intrik untuk kepentingan politik mereka.
Berbagai pandangan berbeda kerap menimbulkan kontroversi, termasuk berkaitan dengan alasan dan cara menggapai tujuan. Salah satu isu yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini adalah terkait pernyataan Presiden Joko Widodo soal netralitas presiden dalam Pilpres 2024. Pernyataan presiden mengundang pro dan kontra di masyarakat, muncul kekhawatiran soal netralitas, konsistensi, dan penghalalan segala cara menjelang Pilpres 2024.
Muncul juga tudingan oleh sejumlah pihak, Presiden Joko Widodo telah melakukan politik nepotisme dan politik dinasti setelah putranya, Gibran, lolos menjadi cawapres.
Dalam budaya Jawa, untuk menggapai tujuan, bisa dilakukan dengan menggunakan āaji mumpungā untuk menunjukkan superioritas dirinya āsopo siro sopo ingsunā, pernyataan yang berubah-ubah āesuk dhele sore tempeā, dan walaupun melanggar etika āisin mundurā.
Sementara dalam budaya Indonesia, bila kemauannya mendapat kritik, disikapi dengan ungkapan kata āanjing menggonggong kafilah berlaluā.
Abdul Afif
Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan
Tanggapan Dirjen Hubungan Laut
Melalui Surat Pembaca ini disampaikan bahwa pada hari Rabu tanggal 27 Desember 2023 terdapat pemberitaan di harian Kompas dengan judul āVisi Maritim Indonesiaā yang ditulis oleh Prof Rokhmin Dahuri yang merupakan Guru Besar Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Universitas IPB.
Pada pemberitaan tersebut terdapat penulisan yang mengatakan lebih dari 50 persen total barang yang beredar antarpulau (dalam negeri) dikapalkan oleh kapal-kapal asing. Terkait dengan hal tersebut dapat kami koreksi bahwa angkutan antarpulau sudah 100 persen menggunakan kapal bendera Indonesia sesuai dengan asas Cabotage sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Demikian informasi lanjutan kami sampaikan untuk koreksi tersebut kiranya dapat dimuat di harian Kompas. Atas perhatian dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih.
Hary Bowo Seno Putro
Kepala Bagian Organisasi dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kemenhub