Libur
Kata ”libur” baru muncul dalam kamus karya Poerwadarminta tahun 1949. Sebelum itu, kata yang dikenal adalah ”vakansi”.
Pada 1929, WR Soepratman melalui novel berjudul Perawan Desa ikut mengisahkan masa lalu. Kita mengutip: ”Tapi sekarang waktoe vacantie… Sekolah-sekolah telah ditoetoep dan kebanjakan kanak-kanak tinggal di roemah sahadja. Di waktoe vacantie anak-anak sekolah ada jang melantjong ke desa-desa atau pegoenoengan oentoek menjehatkan toeboehnja, ada poela jang poelang ke negerinja oentoek mengoendjoengi ajah-boenda dan sanak saoedaranja”. Ia menggunakan latar Batavia. Kota menjadi sepi saat hari-hari libur.
Kita menuju masa 1950-an, membuka Kamus Saku Bahasa Indonesia (1952) susunan Reksosiswojo, St M Said, dan A Sutan Pamuntjak. Di halaman 60, libur diartikan ’tidak bekerdja (bersekolah)’. Liburan itu pakansi atau vakansi. Libur mengingatkan bepergian atau melancong. Dulu, WR Soepratman belum terbiasa menggunakan diksi libur. Ia menulis dengan menggunakan bahasa asing: vacantie.