logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊRiuh dan Gagapnya Ruang Publik...
Iklan

Riuh dan Gagapnya Ruang Publik Kita

Kita masih gagap membedakan antara kebebasan berekspresi dan persekusi. Ruang publik kita penuh dan ramai dengan ujaran kebencian, agitasi, dan narasi-narasi yang tendensius mengarah pada perpecahan.

Oleh
TOBA SASTRAWAN MANIK
Β· 1 menit baca
Ilustrasi
KOMPAS/HERYUNANTO

Ilustrasi

Harus diakui bahwa ada masalah dengan demokrasi kita. Reformasi 1998 dengan amendemen konstitusi serta dengan membuka keran praksis demokrasi yang masif membawa Indonesia dalam tantangan baru. Adopsi demokrasi ternyata bukan solusi. Demokrasi tidak semanjur yang dibayangkan, tidak seindah yang diceritakan. Demokrasi nyatanya sangat mahal baik secara finansial maupun sosial.

Hal ini sebenarnya sudah dijawab oleh Francis Fukuyama dalam bukunya The Great Disruption (1999). Menurut dia, demokrasi khususnya demokrasi liberal agar bisa berhasil membutuhkan dukungan budaya yang dimiliki bersama.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan