logo Kompas.id
OpiniTutupnya Toko Buku dan Masa...
Iklan

Tutupnya Toko Buku dan Masa Depan Literasi Kita

Meski toko buku berguguran, buku masih beredar masif di masyarakat, hanya saja lokus penjualannya berpindah ke ”marketplace online”. Ini menjadi tantangan penggiat literasi dan pebisnis buku.

Oleh
ANGGUN GUNAWAN
· 0 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/4-HKnJNkw2-pa_hqG9ZwIIxRU3Q=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F06%2F18%2Fc8c0526e-915a-4640-b9f7-662109a8eeed_jpg.jpg

Artikel berjudul “Setelah Toko Buku Tutup” yang ditulis Saifur Rohman, pengajar Filsafat di Program Doktor Linguistik Terapan Universitas Negeri Jakarta (Kompas, 25/5/2023), menarik untuk kita simak dan dalami lebih lanjut. Saifur Rohman mendorong pemerintah segera melakukan perbaikan radikal untuk politik pendidikan menuju pengembangan pendidikan berbasis literasi perbukuan sebagai respon cepat melihat fenomena tutupnya salah satu grup toko buku legendaris dan terbesar di Indonesia, toko buku Gunung Agung.

Fenomena berguguran dan gulung tikarnya outlet-outlet toko buku di berbagai tempat merupakan situasi logis dari perkembangan marketplace online yang telah membuat gaya berbelanja masyarakat berubah drastis. Hal yang sama sebenarnya juga terjadi pada dunia fesyen, lapak-lapak pakaian di berbagai pasar dan mal bertumbangan karena sepi pembeli. Penyebabnya, tak lain dan tak bukan adalah migrasinya para pembeli ke berbagai outlet virtual di dunia maya baik di aplikasi daring maupun media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Tiktok.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan