logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊDaging Sapi dan Defisit...
Iklan

Daging Sapi dan Defisit Konsumsi Protein

Impor daging sapi, meski menjadi jawaban untuk menjaga stabilitas harga di pasar, tidak mengatasi masalah defisit sumber protein. Pemerintah harus lebih serius memberdayakan pangan lokal sebagai sumber protein.

Oleh
POSMAN SIBUEA
Β· 1 menit baca
Ilustrasi
SUPRIYANTO

Ilustrasi

Harga berbagai jenis bahan pangan sebagai kebutuhan dasar semakin mahal. Tidak saja beras, tetapi juga daging sapi dan kacang kedelai sebagai sumber protein. Kenaikan harga komoditas pangan kian bermakna ketika masyarakat masih mengalami defisit protein di tengah kondisi anak bangsa yang mengalami pelambatan penurunan prevalensi tengkes (stunting).

Indonesia sebagai negara yang mengonsumsi daging sapi sekitar 706.388 ton pada 2021, tetapi hanya mampu memproduksi daging sekitar 436.704 ton. Permintaan daging tumbuh sekitar 6,4 persen per tahun, sementara kemampuan produksi hanya tumbuh 1,3 persen per tahun. Pintu impor pun dibuka untuk menutupi kekurangannya. Kondisi inilah yang menjadikan negeri ini sasaran pasar ”empuk” daging yang menggiurkan bagi sejumlah negara produsen daging sapi dunia.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan