logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊDilema Kecerdasan Buatan,...
Iklan

Dilema Kecerdasan Buatan, antara Kreativitas dan Efisiensi Produksi Ilmu

Menolak penggunaan AI dalam produksi ilmu bukanlah jawaban bijak. Menyetujuinya secara mutlak pun akan menggiring ke kolotan baru. Selayaknya, produksi ilmu tetap menjadi ruang yang murni untuk manusia.

Oleh
ANGGI AZZUHRI
Β· 0 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/PNcrDBAqxpkOgM1F1pyNSChyMec=/1024x576/https%3A%2F%2Finr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com%2FINR_PRODUCTION%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F14%2F4c5bc149-c1fa-4499-9ca7-34def59cffa0_jpg.jpg

Munculnya artikel saintifik yang mencantumkan ChatGPT, salah satu fitur dari OpenAI, sebagai salah satu penulisnya berhasil menarik perhatian global terhadap mesin ini. Sekilas, ChatGPT punya fungsi yang terkesan lebih menarik dibandingkan mesin pencari yang lain lantaran ChatGPT mampu memproduksi informasi yang telah tersusun rapi sesuai dengan perintah yang diberikan.

Pada dasarnya ChatGPT adalah salah satu produk turunan dari kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) yang berbasis komputasi dan algoritma. Agak keliru jika seseorang mengasumsikan bahwa AI sama dengan ChatGPT, seakan menafikan mesin pencari lainnya dari lingkup kecerdasan buatan.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan